FILSAFAT PENDIDIKAN : pendidikan dalam keluarga


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Masa-masa anak hanya berinteraksi dengan anggota keluarga, ini adalah saat yang tepat bagi orang tua untuk membentuk karakter seorang anak. Orang tualah yang mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari dirumah yang merupakan teladan bagi anak. Disadari atau tidak oleh orang tua, gerak-gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu bahkan setiap saat dilihat, dirasakan dan di dengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka.

Kalau materi yang sering diterima anak baik, sebuah keluarga yang harmonis, hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang, secara otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan tertransfer kedalam diri anak, disaat itu bisa dikatakan orang tua telah berhasil menjadi seorang guru yang baik bagi anaknya. Namun jika materi yang sering diterima anak tidak baik, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perhatian dan kasih sayang yang kurang karena orang tua sibuk dengan urusan masing-masing, ucapan-ucapan yang tidak baik, disaat itu orang tua telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi anak.

Proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, seharusnya setiap orang tua harus mampu memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi anak untuk membentuk pribadi yang sempurna. Setiap oarng tua selalu mengatakan dan berharap punya anak yang baik dan sholeh. Jadi untuk mewujudkan keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua sekaligus guru bagi anak dirumah, dengan menyajikan materi-materi yang mereka butuhkan yaitu suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan kekerasan, kasih sayang dan perhatian yang cukup dari sosok seorang ibu dan ayah (jadilah ayah dan ibu ideal bagi anak-anak anda).

Selanjutnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.

Bagi seorang anak , keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga yang sejahtera.

Menurut pakar pendidikan, William Bennett, keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengertian keluarga?

2.      Bagaimana fungsi keluarga?

3.      Bagaimana pendidikan dalam keluarga?

 

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian keluarga.

2.      Untuk mengetahui fungsi keluarga.

3.      Untuk mengetahui pendidikan dalam keluarga.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keluarga

Banyak ahli mengemukakan bahwa keluarga memiliki definisi yang sangat komplek. Pemahaman terhadap konsep keluarga tersebut lebih disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat di setiap negara. Sebab di negara-negara Barat khususnya, pasangan gay atau lesbi yang terikat dalam jalinan pernikahan hidup  secara bersama disebut pula keluarga. Sedangakan di Indonesia, pasangan tersebut meskipun hidup dalam satu rumah tidak dapat dikatakan sebagai keluarga.

Menurut (Baharun, 2016) Secara etimologis keluarga dalam istilah jawa terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung didalamnya. Keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang di setujuai secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peran-peran sosialnya.

Secara normatif (Jailani: 2014)., keluarga adalah kumpulan bebrapa orang yang karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan mersa berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk kebahagian, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di dalam keluarga tersebut.

Secara detinitif, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri, suami istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009) Definisi tersebut pada hakikatnya lebih menekankan pada komposisi jumlah anggota keluarga.

Makna keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah, merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling hubungan, atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu denga yang lainnya. Walaupun diantara mereka tidak ada hubungan darah.

Dalam pengertian lain, Keluarga juga dapat dipahami sebagai sebuah sistem yang saling berhubungann dan saling ketergantungan saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurut Megawangi dalam Sochib, keluarga sebagai sistem diartikan sebagai unit sosial dimana individu terlibat secara intim didalamnya, dibatasi oleh aturan keluarga, terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara anggota keluarga setiap waktu.

Dalam konsep islam, kata ini terdapat dalam Al-quran dengan mempunyai arti yang bermacam-macam. Misalnya dalam QS. Al-Baqarah: 126, kata keluarga diartikan sebagai penduduk suatu negeri. Dalam QS. An-Nisa: 58 mengartikan keluarga sebgai orang yang berhak menerima sesuatu. Selebihnya kara ahl dalam al-Qur’an ditunjukan pada arti kumpulan laki-laki dan perempuan yang diikat oleh tali pernikahan dan di dalamnya terdapat orang yang menjadi tanggungannya, seperti anak.

Dari beberapa pendapat di atas, pengertian keluarga secara realitas adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit yang diikat dalam tali pernikahan dan hidup dalam satu atap/rumah. Di dalamnya ada aturan yang harus ditaati oleh penghuni rumah tersebut.

 

B.     Fungsi Keluarga

Keluarga (Haitami. 2013) merupakan fokus umum dari pola lembaga sosial. Hampir dalam setiap masyarakat keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, dimana di dalamnya terdapat hubungan yang intim dalam derajat yang tinggi. Terlepas dari persoalan hubungan yang inti ini, keluarga mempunyai sejumlah fungsi yang sesuai dengan harapan-harapan masyarakat. Fungsi-fungsi (Aziz:2015) dari keluarga itu adalah meliputi :

1.      Fungsi Reproduksi atau Melanjutkan Keturunan

Keluarga merupakan lembaga yang salah satu fungsinya untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, melalui fungsi reproduksi. Dalam suatu masyarakat yang beradab, keluarga merupakan satu-satunya wahana untuk maksud ini. Berlangsungnya fungsi ini berkaitan erat dengan aktivitas seksual antara laki-laki (suami) dan wanita (istri). Hanya melalui keluargalah aktivitas seksual manusia yang merupakan kunci terlaksananya fungsi melanjutkan keturunan dapat terpenuhi secara tepat, wajar dan teratur dari segi moral, kultural, sosial, maupun kesehatan dan tentunya sah berdasarkan hukum adat, hukum agama, dan hukum negara.

2.      Fungsi Afeksi atau Kasih Sayang

Anak, terutama pada saat masih kecil, berkomunikasi dengan lingkungan dan orang tuanya dengan keseluruhan kepribadiannya. Pada saat anak masih kecil ini, fungsi afeksi atau kasih sayang memegang peranan sangat penting. Ia dapat merasakan dan menangkap suasana perasaan yang meliputi orang tuanya apda saat anak berkomunikasi dengan mereka. Dengan kata lain, anak peka sekali dengan iklim emosional (perasaan) aau afeksional yang meliputi keluarganya.

Anak membutuhkan kehangatan kasih sayang dari orang tuanya, namun tidak secara berlebihan ataupun kekurangan. Oleh karena itu, orang tua terutama ibu, mesti melaksanakan fungsi afeksi ini dengan baik agar jiwa anak tumbuh dengan sehat. Sebuah suasana keluarga yang hangat, romantis, dan penuh kasih sayang akan menumbuhkan kepribadian yang baik bagi anak dan dapat menghindarkan pengaruh psikologis yang tidak baik.

3.      Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga sangat penting bagi kehidupan keluarga, karena merupakan pendukung utama bagi kebutuhan dan kelangsungan keluarga. Fungsi ekonomi keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaannya serta penggunaannya. Pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga oleh dan untuk semua anggota keluarga mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian, solidaritas, dan tanggung jawab bersama dalam keluarga itu. Pemenuhan fungsi keluarga ini mesti dilakukan secara wajar, artinya tidak kekurangan atau berlebihan karena dapat membawa pengaruh negatif bagi anggota keluarga itu sendiri.

4.      Fungsi Edukatif atau Pendidikan

Fungsi edukatif atau fungsi pendidikan keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang paling penting yang dipikul oleh orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Yang berperan melaksanakan pendidikan tersebut adalah ayah dan ibunya. Kehidupan keluarga sehari-hari pada saat-saat tertentu beralih menjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak-anaknya.

Dalam lingkungan keluarga anak-anak dididik mulai dari belajar, berjalan, sikapnya, perilaku keagamaannya, dan pengetahuan serta kemampuan lainnya. Memang karena sekarang berbagai kemampuan yang harus dikuasai anak begitu kompleksnya, maka tidak semua hal dapat diajarkan atau dididik dari orang tua, sehingga anak-anak meski dikirim ke sekolah. Namun demikian pendidikan di keluarga tetap merupakan dasar atau landasan utama bagi anak (khususnya dalam pembinaan kepribadian) untuk mengembangkan pendidikan selanjutnya.

5.      Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi mempunyai kaitan yan sangat erat dengan fungsi pendidikan, karena dalam fungsi pendidikan terkandung upaya sosisalisasi, yang pertama di lingkungan keluarganya. Orang tua mempersiapkan dia untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.

Di lingkungan keluarganya anak dilatih untuk hidup bermasyarakat dibina dan dikenalkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya, sehingga pada masanya anak benar-benar siap terjun di tengah-tengah masyarakat. Dengan melaksanakan fungsi sosialisasi ini dapat dikatakan bahwa keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial di masyarakat.

6.      Fungsi Religius atau Agama

Keluarga mempunyai fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Untuk melaksanakannya orang tua sebagai tokoh inti dalam keluarga itu serta anggota lainnya terlebih dahulu haurs menciptakan iklim atau suasana religus dalam keluarga itu.

Pembinaan rasa keagamaan anak lebih awal akan lebih baik. Di lingkugan keluargalah pertama-tama anak mesti dibiasakan dalam kehidupan beragama tersebut. Anak akan mempunyai keyakinan agama dan landasan hidup yang kuat jika keluarga mampu melaksanakan fungsi religius ini dengan baik.

7.      Fungis Protektif atau Perlindungan

Keluarga dapat menjalankan fungsi protektif atau fungsi memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga. Di antara alasan seseorang melangsungkan perkawinan dan membentuk keluarga adalah untuk mendapatkan rasa keterjaminan dan keterlindungan hidupnya, baik secara fisik (jasmani) maupun psikologis (rohani).

Misalnya seorang istri akan merasa hidupnya terjamin dan terlindungi serta tentram di samping suaminya. Dalam keluarga anak-anak pun terasa terlindungi oleh kasih sayang kedua orang tuanya. Pendidikan yang diterima anak pada dasarnya juga bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan dari hidup yang tersesat. Sosialisasi yang diterima anak di lingkungan keluarga juga memberikan rasa aman untuk mampu bergaul dalam lingkungan sosial masyarakatnya. Jadi fungsi perlindungan dari keluarga terhadap anak meliputi perlindungan lahir dan batin.

8.      Fungsi Rekreasi

Fungsi rekreasi ini ini tidak berarti bahwa keluarga seolah-olah harus berpesta pora atau selalu berekreasi di luar rumah. Rekreasi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai serta kepada yang bersangkutan memberikan perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari.

Fungsi rekreasi sangat penting bagi anggota keluarga, karena dapat menjamin keseimbangan kepribadian anggota-anggota keluarga, mengurangi ketegangan perasaan, meningkatkan saling pengertian, memperkokoh kerukunan dan solidaritas keluarga, meningkatkan rasa kasih sayang dan sebagainya.

9.      Fungsi Pengendalian Sosial

Keluarga dapat berperan sebagai agen pengendali sosial (social control) bagi anggota-anggota, keluarga dapat melakukan upaya preventif (pencegahan) terhadap anggotanya agar tidak melakukan perilaku menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga juga dapat melakukan upaya kuratif, misalnya dengan mengingatkan, menyadarkan ataupun menghukum anggota keluarganya yang telah melakukan perilaku yang menyimpang atau melanggar nilai dan norma keluarga maupun masyarakat.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara substantive keluarga memiliki fungsi yang saling terkait antara fungsi satu dengan fungsi yang lainnya. Keterkaitan itu pada prinsipnya sebagai wahana untuk mengembangkan seluruh potensi anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dimasyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

 

C.     Pendidikan di lingkungan keluarga

Pendidikan di lingkungan keluaraga sebgai (Syarbini:2014) berikut:

1.      Pendidikan Agama

Pendidikan agama termasuk aspek-aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh para pendidik terutama orang tua, pendidikan agama pada masa anak-anak, seharusnya dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya, orang tua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini belum dapat mengerti, mereka dapat meniru. Apabila si anak telah terbiasa menerima perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat adil, maka kaan tertanamlah rsa keadilan itu dalam jiwanya dan menjadi salah satu unsur kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit harus masuk dan dalam pembinnaan mental si anak.

Pendidikan agama harus diberikan kepada si anak sejak ia kecil, sehingga nanti kalau ia sudah dewasa akan mudah baginya untuk menerimanya karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam kepribadiannya itu tidak ada nilai-nilai agama, akan mudahlah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak-hak orang lain. Ia selalu didesak oleh keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang pada dasarnya tidak mengenal batas-batas, hukum-hukum dan norma-norma. Tetapi jika dalam kerpibadian seseorang terdapat nilai-nilai dan unsur-unsur  agama, maka segala keinginan dan kebutuhannya akan dipenuhi dengan cara yang tidak melanggar hukum-hukum dan norma-norma sosial.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua atau pendidik dalam pendidikan agama, menyatakan yaitu :

a.       Melatih anak-anak untuk mengadakan kalimat syahadat dan menjelaskannya.

b.      Menanamkan rasa cinta dan iman kepada Allah dalam hati mereka, karena Allah adalah pencipta, pemberi rizki dan penolong satu-satunya tanpa ada sekutu bagi-Nya.

c.       Memberi kabar gembira kepada mereka dengan janji sorga bagi orang-orang yang mengerjakan shalat, puasa, zakat serta berbuat baik terhadap kedua orang tua. Dan menakuti mereka dengan neraka, bagi orang-orang yang meninggalkan shalat, mencuri, melawan orang tua, berzina dan sebagainya.

d.      Mengajarkan anak-anak untuk meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah semata.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan agama bagi anak sangat penting. Tanpa pendidikan agama yang baik, anak tidak akan mengenal tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka tidak dapat mewujudkan makna kemanusiaan yang utama, tidak dapat berbuat adil dan mulia. Dengan pendidikan agama diharapkan anak mempunyai kepribadian yang baik, menjadi anak yang shalih dan shalihah serta menjadi anak yang berguna bagi agama dan bangsa.

2.      Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama, hampir sepakat para filosof pendidikan Islam bahwa pendidikan adalah akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak. mengatakan para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah mencuci otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka tahu, tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka dengan menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehiudpan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuannya utama pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.

Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan keimanan kepada anak-anaknya melalui keluarga. menyatakan ada beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan oleh orang tua dalam penanaman iman di hati anak-anaknya di rumah tangga, yaitu :

1.  Membina hubungan harmonis dan akrab antara suami dan istri.

2.  Membina hubungan harmonis dan akrab antara orang tua dan anak.

3.  Mendidik (membiasakan, memberi contoh dan lain-lain) sesuai dengan tuntunan Islam.

Jadi pendidikan akhlak atau pembentukan tingkah laku yang baik pada anak ditanamkan sejak waktu kecil. Karena itu kewajiban bagi orang tua atau pendidik untuk menanamkan kebiasaan baik kepada anak-anaknya. Membiasakan sesuatu yang baik dan menghindarkan diri dari sesuatu yang tercela sehingga tercapai tujuan pokok pendidikan Islam agar manusia (anak) hidup dalam kesucian, penuh keikhlasan dan dijauhkan dari perbuatan aniaya atau dengan satu kata dapat disimpulkan hidup dalam fadilah.

3.      Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek pendidikan yang penting dan tidak dapat lepas dari pendidikan yang lain. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu alat utama bagi pendidikan rohani (pendidikan agama dan akhlak). Pendidikan jasmani disini maksudnya adalah pendidikan erat kaitannya dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani anak-anak.

Pendidikan jasmani di samping bertujuan untuk membentuk kepribadian, juga mempunyai tujuan lain, yaitu :

a.       Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih otot dan urat-urat saraf, dan melatih kecekatan dan ketangkasan.

b.      Memupuk perasaan sosial seperti tolong-menolong dan setia kawan, yang umumnya dapat dicapai dengan permainan-permainan, rombongan dan bekerja kelompok.

c.       Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan, kemauan dan lain-lain.

 

4.      Pendidikan Sosial

Keluarga mempunyai peranan yang fundamental dalam menumbuh kembangkan kepekaan sosial anak, perkembangan sosial anak harus dimulai dari lingkungan keluarga. Yang dimaksud dengan pendidikan sosial merupakan pendidikan sosial anak sejak dini agar terbiasa melakukan tata krama sosial yang utama, yang bersumber dari aqidah islamiyah yang abadi dan emosi keimanan yang mendalam di lingkugan keluarga yang berkelanjutan di lingkungan masyarakat. Pendidikan sosial merupakan fenomena tingakh laku yang dapat mendidik guna melakukan segala kewajiban sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain secara baik yaitu menghormati yang lebih besar dan menyayangi yang kecil.

Kondisi masyarakat kita bersifat heterogen, tetapi bukan keadaan yang perlu dihindarkan. Orang tua dan pendidik harus selalu memberikan informasi kepada anak bahwa perbuatan yang benar akan melahirkan sikap dan yang benar dan terpuji. Bila lingkungan masyarakat dipandangnya “berbahaya” bagi perkembangan dan kepribadian dan merusak adat  istiadat serta perilakunya dalam keluhuran kebaikan akan segera dihindarkan atau dijauhkan dari anak.

Pendidikan sosial penting diajarkan atau ditanamkan kepada anak sejak dini. Diantara pendidikan sosial tersebut adalah perasaan persaudaraan, saling mencintai, saling menghormati, bekerja sama, saling tolong menolong serta menjauhi sifat sombong, rendah diri, kasar, fitnah dan sifat-sifat tercela lainnya. Bila anak mendapat pendidikan yang baik, mereka bisa memilih teman bergaul yang baik, dan dapat menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif.


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidik karakter anak, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga termasuk sekolah ataupun masyarakat untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

 

B.     Saran

Sebagai orang yang akan memdidik penurus bangsa kita harus tahu peran kita sebagai keluarga dalam mendidik anak agar anak tersebut tahu akan tumbuh dengan kribadian dan talenta yang baik. karena guru disekolah tidak mampu mendidik semua siswa dengan baik tampa bantuan keluaraga yang peduli akan pendidikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah: Strategi Pembelajaran PKN di SD | zacary Ngeblog

MAKALAH: BELAJAR DAN PEMBELAJARAN HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ( ZACARY NGEBLOG )

Makalah : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (TEORI-TEORI BELAJAR ( zacary ngeblog )