Makalah : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (TEORI-TEORI BELAJAR ( zacary ngeblog )
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI-TEORI BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka
mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini
dengan istilah : memperjelas pengertian
dan proses belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu. Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai
sepanjang hayatnya.
Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia
untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia
mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu
teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring
diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang
menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi
tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan
memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
1
|
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan teori ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan belajar ?
3.
Apa yang
dimaksud dengan teori belajar ?
4.
Apa
macam-macam teori belajar ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian teori.
2.
Untuk
mengetahui pengertian belajar.
3.
Untuk
mengetahui pengertian teori belajar.
4.
Untuk
mengetahui macam-macam teori belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Belajar
Menurut pendapat Emory Cooper
(dalam Umar, 2004:50), mengatakan “Teori adalah suatu kumpulan konsep,
definisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara
sistematis dan telah digeneralisasi sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi
suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu”. Menurut Siswoyo
(dalam Mardalis, 2003:42), bahwa “Teori adalah sebagai seperangkat konsep dan
definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik
mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antar variabel, dengan tujuan
untuk menerangkan dan meramalkan fenomena”. Menurut
Hoy & Miskel (dalam Sugiyono, 2010:55), “Teori adalah seperangkat
konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi”. Berdasarkan
pendapat ahli di atas, jadi penulis menyimpulkan bahwa teori adalah seperangkat
asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur
dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Belajar menurut Gagne
dalam bukunya The
Conditions of Learning 1977,
belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah
laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi
belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi
akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
3
|
Menurut
Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya. Winkel berpendapat bahwa belajar adalah
semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman. Berdasarkan pengertian belajar menurut ahli, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari
praktik dan pengalaman. Jadi, teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu peserta
didik untuk belajar.
B.
Macam-Macam
Teori Belajar
Ada empat
kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu:
teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, teori belajar
konstruktivisme dan teori belajar humanistik. Teori belajar behaviorisme hanya
berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Teori konstruktivisme
berpendapat bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun
atau membangun ide-ide baru atau konsep. Dan teori humanistik ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
1.
Teori Belajar
Behaviorisme
Teori
behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori
behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi
aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau
materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi
fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti
urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak
didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan
evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif,
ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.
Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa
menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi
bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
siswa secara individual (Degeng, 2006).
a.
Prinsip-Prinsip
dalam Teori Behavioristik:
1)
Obyek
psikologi adalah tingkah laku.
2)
Semua
bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
3)
Mementingkan
pembentukan kebiasaan.
4)
Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
5)
Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
b.
Tokoh-Tokoh
Aliran Behaviorisme :
1)
Edward
LeeThorndike
Menurutnya
belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran,
perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut teori koneksionisme.
2)
John Watson
John Watson dikenal sebagai pendiri
aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal
adalah “Psychology as the Behaviourist view it” (1913). Menurut
Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif,
oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui
metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari
seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi
harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku
yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui
bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang
metode-metode obyektif dalam psikologi.
Kajian
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi
yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.
3)
Edwin
Guthrie
Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah
professor psikologi di university of Washington dari 1914 dan pensiun pada
1956. Karya dasarnya adalah The Psychology of Learning, yang
dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya Tulisanya mudah diikuti,
penuh humor, dan banyak menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh
ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat
yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara
yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi
praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner.
Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan
orientasi dan eksperimental. Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu
percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita aakan mendiskusikan
percobaan ini. Tetapi dia jelas seorang Behavioris. Dia bahkan menggangap
teoritisi seperti Thorndine, Skinner,Hull,Pavlov dan Watson masih sangat
subyektif dan dengan menerapkan hukum Parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan
untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip.
Seperti yang akan kita diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum
asosiasi aristoteles karena alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik
Guthrie dalam paradigma asosiasionistik.
Azas
belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
4)
Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar
lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang diterima seseorang
tidak sesederhana konsep yang dikemukakan tokoh sebelumnya, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
2.
Teori Belajar Kognitivisme
Teori
belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti
yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.
a.
Karakteristik
teori belajar kognitif :
1)
Belajar
adalah proses mental bukan behavioral.
2)
Siswa aktif
sebagai penyalur.
3)
Siswa
belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
4)
Instrinsik
motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
5)
Siswa
sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
6)
Guru
memfasilitasi terjadinya proses insight.
b.
Beberapa
tokoh dalam aliran kognitivisme :
1)
Teori
Gestalt dari Wertheimer
Wertheimer dianggap sebagai
pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat
yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat
untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis
yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan
secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudiangaris yang tegak,
dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut
bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu
karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara
bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam
bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara
lain :
a)
Hukum Kedekatan (Law of
Proximity)
b)
Hukum Ketertutupan ( Law of
Closure)
c)
Hukum Kesamaan (Law of
Equivalence)
2)
Teori
Schemata Piaget
Dalam bidang ilmu psikologi dikenal suatu teori mengenai struktur kognitif.
Menurut Piaget pikiran manusia mempunyi struktur yang disebut dengan skema atau
skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif. Dengan
menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sehingga terbentuk schemata yang baru. Pengertian skema menurut istilah
psikologi (Chaplin, 1981) ialah:
a)
Skema
suatu peta kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang tersusun rapi;
b)
Skema
sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai peristiwa atau data;
c)
Skema
sebagai suatu model;
d)
Skema
sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respons-respons yang pernah
diberikan, kemudian yang menjadi standar bagi respons-respons berikutnya.
Dengan kata lain,
apabila suatu informasi (pengetahuan) baru dikenalkan pada seseorang dan
pengetahuan itu cocok dengan skema yang telah dimilikinya maka pengetahuan itu
akan diadaptasi melalui proses asimilasi dan terbentuklah pengetahuan baru.
Sedangkan apabila pengetahuan baru yang dikenalkan itu tidak cocok dengan
struktur kognitif yang sudah ada maka akan terjadi equilibrium, sehingga
pengetahuan baru itu dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasikan menjadi
skemata baru. Menurut Piaget dalam buku Life Span Development (2002;158)
skemata adalah struktur kognitif yang membantu seseorang dalam mengorganisasi
dan memahami pengalaman mereka. Skema berkembang menurut usia.
3)
Teori
Belajar Sosial Bandura
Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan
mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang
menjadi obyek: pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh
lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Bandura
mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila
mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan,
kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang
guru bisa menjadi model yang paling berpengaruh.
4)
Pengolahan
Informasi Norman
Norman
melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan
sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by
analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur
kognitif siswa. Adapun teori
atau pemikiran, pendapat Norman tentang belajar yang bisa diungkap dalam
buku An Introduction to Theories of Learning ini adalah sebagai
berikut:
a)
Hukum
pembelajaran (Law of Learning)
Adalah pemikirannya tentang belajar yang terwujud dalam tiga hukum,
semuanya yang menekankan pada causal hubungan antara tindakan dan
hasil. Meliputi:
(1)
Hukum
hubungan sebab akibat (The law of causal relationship)
Adalah untuk suatu organisme untuk menghubungkan belajar antara
suatu tindakan khusus dan suatu hasil, sesuatu yang harus menjadi suatu
hubungan sebab akibat yang jelas diantara keduanya. Ini yang disebut hukum
hubungan sebab akibat.
(2)
Hukum
belajar sebab akibat (The law of causal learning)
Dalam hukum belajar sebab akibat mempunyai dua
bagian: pertama, untuk hasil yang diinginkan, organisme yang mencoba untuk
mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat
yang jelas pada hasil yang diinginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak
diinginkan, organisme yang mencoba untuk menghindari tindakan-tindakan itu yang
mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak
diinginkan.
(3)
Hukum
umpan balik informasi (The law of information feedback)
Dalam hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian
peristiwa sebagai informasi tentang peristiwa tersebut.
3.
Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi
berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan
teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari
idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Menurut asalnya, teori konstruktivime
bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya
filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana
proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan
pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang
dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari
disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan
mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis,
belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut
dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Belajar
berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai.
b.
Konstruksi
makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
c.
Belajar
bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri.
Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
d.
Proses
belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan
situasi yang baik untuk belajar.
e.
Hasil
belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan
siswa.
f.
Hasil
belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum
konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu,
bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang
demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik
pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak
lengkap.
Berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori
konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas
baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi
pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses
yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal,
kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi
makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori
belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif,
sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun
mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point
teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang
diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi
pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan
konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika
berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau
pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti
ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat
manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri. Adapun
prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
a.
Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri.
b.
Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar.
c.
Murid aktif
megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.
d.
Guru
sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
e.
Menghadapi
masalah yang relevan dengan siswa.
f.
Struktur
pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g.
Mmencari
dan menilai pendapat siswa.
h.
Menyesuaikan
kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
4.
Teori
Belajar Humanistik
Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori
belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori
ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori
belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Selanjutnya
Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai
dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan
yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif.
Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat
memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi
bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau
jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin
dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan
oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan
sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh
utama teori humanistik adalah C. Rogger dan Arthur Comb.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si peserta didik. untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Jadi, teori belajar
humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana
memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
a.
Beberapa
Prinsip Teori Belajar Humanistik:
1)
Manusia
mempunyai belajar alami.
2)
Belajar
signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi
dengan maksud tertentu.
3)
Belajar
yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4)
Tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil.
5)
Bila
ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.
6)
Belajar
yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya.
7)
Belajar
lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
8)
Belajar
yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
9)
Kepercayaan
pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
10) Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Teori belajar merupakan
landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi
untuk belajar. Oleh karena itu dengan
adanya teori-teori belajar maka akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan dan akan membantu
peserta didik dalam belajar.
Ada beberapa macam teori belajar yang muncul di dalam masa perkembangan
psikologi pendidikan, diantaranya yaitu:
1.
Teori Belajar Behaviorisme
2.
Teori Belajar Kognitif
3.
Teori Belajar Kostruktivisme
4.
Teori Belajar Humanistik
B.
Saran
Dengan memahami berbagai teori
belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang
berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan peserta didik yang
berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
16
|
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, pendidikan & psikologi perkembangan, Jogjakarta:
ar-ruzz media, 2010.
Chaplin, J. P. (1981). Kamus Lengkap
Psikologi (Kartini Kartono Trans.). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
(Original work published 1968).
Denim, Sudarwan, Khairil, psikologi pendidikan, bandung: alfabeta,
2011.
Dimyati,Mudjiono.2009.Belajar
dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne,
Robert M. 1977. The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart,
and Winston.
Grage, N. L. & Berliner David,
C. 1984. Educational Psychology 3rd Ed. Boston,
Houghton Mifflin Company.
Guthrie, Edwin. 1935. The Psychology of Learning.
Hamalik, oemar, psikologi belajar &
mengajar, bandung: sinar baru algensindo, 2012.
Mahmud, psikologi pendidikan, bandung: pustaka setia, 2009.
Mardalis,
2003. Metode Penelitian Kualitatif (Suatu Pendekatan Proposal).
Jakarta : Bumi Aksara.
Sanjaya,Wina.2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana.
Sugiyono
Prof, Dr. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kulaitatif dan R & D. Bandung: Cv. Alfa Beta.
Surianto.2009.Teori Konstruktivisme.
Umar, Husein. 2004. Metode
Riset Ilmu Administrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Watson, John.1913.
Psychology as the Behaviourist view it.
17
|
Komentar
Posting Komentar