FILSAFAT PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis. Guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Bidang ilmu pendidikan dengan berbagai cabang-cabangnya merupakan landasan ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan, yang terus berkembang secara dinamis. Sedangkan filsafat pendidikan sesuai dengan peranannya, merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua bidang di atas harus menjadi pengetahuan dasar (basic knowledge) bagi setiap pelaksana pendidikan, apakah ia guru ataukah sarjana pendidikan. Membekali mereka dengan pengetahuan dimaksud diatas berarti memberikan dasar yang kuat bagi sosialnya profesi mereka. Dengan demikian seorang guru dan sarjana pendidikan seyogyanya mengapproach masalah pendidikan dengan masalah dengan masalah approach yang komprehensif dan integral dan bukan dengan approach yang elementer, bahkan tidak dengan approach ilmiah semata-mata.
2. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Filsafat Pendidikan?
b. Apa Makna Filsafat Pendidikan?
c. Bagaimana Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan?
d. Apa Tujuan dari Filsafat Pendidikan?
3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Filsafat pendidikan
b. Mengetahui makna Filsafat Pendidikan
c. Dapat mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan
d. Mengetahui tujuan dari filsafat pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat pendidikan
Kata Filsafat berasal daari bahasa yunani. Kata ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan duka, serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Terdapat beberapa pengertian filsafat menurut para ahli diantaranya yaitu:
1. Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa, seorang filsuf adalah orang yang mencintai visi tentang kebenaran itu sendiri, mengenai keindahan sebagai keindahan itu sendiri, pengetahuan demi pengetahuan itu sendri, dan kebijaksanaan demi kebijaksanaan itu sendiri. Katakanlah ada banyak orang yang menyukai apa saja yang indah semacam drama-drama percintaan, lukisan-lukisan indah, dan musik-musika yang menarik. Orang-orang seperti ini dalam penglihatan Plato belum pantas disebut filsuf, sebab ia hanya mencintai segala sesuatu yang indah, padahal seorang filsuf mencintai keadaan itu sendiri bahkan secara agak ekstrem Plato mengatakan orang-orang yang hanya mencintai segala sesuatu yang indah berarti sekedar bermimpi, sedangkan orang-orang yang mengetahui keindahan absolut benar-benar terjaga. Dengan paradigma tersebut, jika orang kebanyakan sebenarnya hanya memiliki opini, maka seorang filsuflah yang benar-benar memiliki pengetahuan. Jadi bagi Plato, filsafat bukan hanya wilayah kajian intelektual, tapi juga pengetahuan spiritual atau pencerahan. Bahkan pada titik idealnya pandangan filsafat Plato bisa dikatakan lebih menekankan dimensi spiritual ketimbang intelektual.
2. Bertrand Russel (1872-1970) mengatakan bahwa filsafat adalah suatu kritik terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang dipakai ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas itu. Selain itu, Russel juga mengatakan bahwa filsafat merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan puncak secara kritis.
3. Louis O. Kattsoff mengatakan bahwa, filsafat merupakan suatu analisis secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Hendaknya diingat bahwa kegiatan yang kita namakan kegiatan kefilsafatan itu sesungguhnya merupakan perenungan atau pemikiranan.
Filsafat pendidikan.
Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para ahli. Menurut Al-Syaibany filsafat pendidikan adalah aktifitas pemikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah-falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan keprecayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih , mengajar, dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hiduonya sebagai manusia, sesuai sifat-sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakn oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
B. Makna Filsafat Pendidikan
Wacana tentang filsafat pendidikan merupakan gabungan dari dua kata filsafat dan pendidikan.Karena itu,untuk menyinkap pengertian holistik filsafat pendidikan,sudah seharusnya mengurai pengertian kedua kata tersebut masing-masing
Dalam hal ini filsafat mengandalkan akal budi untuk menyelidiki objek kajiannya,yakni hakekatnya,sebab musebabnya,asal mulanya dan hukum hukumnya.Ahli filsafat selalu melakukan telaah ulang terhadap bahan bahan yang di sajikan oleh paham orang awam karena hanya manusia yang di anugerahi akal pikiran,maka mahluk lain seperti malaikat dan binatang tidak dapat berpikir atau berfilsafat.akallah yang menjadi sumber kekuatan manusia sehingga tetap bertahan dan menguasai alam semesta.
Menurut suparlan suhartono,makna pendidikan dapat di lihat dari dua perspektif yakni arti luas dan arti sempit pendidikan.dalam arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala kegiatan kehidupan.pendidikan berlangsung di segala jenis,bentuk,dan tingkat lingkungan hidup,yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada dalam diri individu .dalam kegiatan pembelajran itu,individu mampu mengubah dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa ,cerdas dan matang.jadi singkatnya pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan,pencerdasan,dan pematangan diri.dewasa dalam hal perkembangan badan,cerdas dalam hal pengembangan jiwa,dan matang dalam hal perilaku.dalam langkah kegiatan pendidikan selanjutnya,ketiga sasaran ini menjadi kerangka pembudayaan kehidupan manusia.
Dalam arti luas ,pada dasarnta pendidikan adalah wajib bagi siapa saja,kapan saja,dan di mana saja,karena menjadi dewasa,cerdas,dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.Berarti pendidikan memang harus berlangsung di setiap jenis,bentuk,dan tingkat lingkungan,mulai dari lingkungan individual,sosial keluarga,lingkungan masyarakatluas dan berlangsung di sepanjang waktu.jadi kegiatan pendidikan berlangsung dengan memadati setiap jengkal ruang lingkup kehidupan.
Setelah memahami isi dan arti pendidikan,baik secara luas maupun sempit,ternyata semakin jelas bahwa pendidikan adalah substansial bagi kehidupan bagi kehidupan manusia.artinya jelaslah bahwa antara pendidikan dan manusia adalah dua hal yang berhubungan dan saling menentukan.pendidikan menentukan sifat hakikat manusia,dan manusia menciptakan model dan bentuk pendidikan menurut sifat hakikatnya itu.oleh sebab itu,sistem pendidikan persekolah di posiska dan di ungsikan sebagai salah satu jalan menuju pembudayaan hidup dan kehidupan manusia.
Selanjutnya menurut Suparlan Suhartono,dari pendekatan dikotomis arti luas dan sempit tersebut,muncul pemikiran alternatif,secara alternatif,pelaku pendidikan adalah keluarga,masyarakat,dan sekolah (dibawa otoritas pemerintah) dalam suatu sistem integral di sebut tripartit pendidikan.fungsi dan peranan tripartit pendidikan adalah menjembatangi pendidikan keluarga,pendidikan sekolah,dan pendidikan masyarakat luas.tujuanya,agar aspirasi pendidikan yang tumbuh dari setiap keluarga dapat di kembangkan dalam kegiatan pendidikan di sekolah,untuk kemudian dapat implementasikan dalam kehiupan masyarakat luas.
Pendidikan di kondisikan dan di erankan secara sentral di dalam kehidupan bermasyarakat dengan suatu sistem ‘linear’ dan di proses secara berkesinambungan.pendidikan berlangsung sepanjang zaman dan mutlak dilakukan oleh setiap individu.proses itu d awali dari pertumbuhan potensi moral dan kultural di dalam keluarga,di proses secara keilmuan di sekolah,untuk kemudian di kembangkan dan di tanamkan dalam kehidupan masyarakat luas.penyelenggaran pendidikan bertujuan untuk menumbuhkembangkan segala potensi individual manusia agar kehidupan berlangsung dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Jadi, dengan pemberdayaan tripartit pendidikan, setiap individu di kemudian hari mampu memerangkan tanggung jawab kehidupannya secara benar, kreatif, dan kerkeadilan, sehingga kehidupan bermasyarakat semakin tumbuh dan berkembang menurut prinsip-prinsip nilai kultural manusiawi.
Makna filsafat pendidikan juga di definisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan pribsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
C. Ruang lingkup filsafat pendidikan
Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan. Sagala sesuatu yang mungkin dan benar-benar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak).
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1. Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).
2. Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu. Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikannya tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasannya.
Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun membatasi ruang lingkupnya. Menurut Will Durant ruang lingkup studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metafisika.
1. Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan meneliti (research) dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami.
2. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan filsafat mengenai kesenian.
3. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).
4. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang dipikirkan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor.
5. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).
Menurut Imam Barnadib filsafat sebagai ilmu yang mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara lain:
1. Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul bila orang mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata.
2. Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan.
3. Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.
Selanjutnya menurut Imam Barnadib dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan keberdaan epistemologi, aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu konstribusi yang besar.
Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang tampak jelas dan tidak jelas.
1. Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau kematangan.
2. Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan.
3. Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan kehidupan manusia dan mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.
Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama. Berfilsafat ialah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan menyatakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik, sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya diberikan kepada anak. Hal ini bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilai-nilai yang kritis dalam watak mereka. Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian, filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan untuk memecahkan berbagai problem dalam lapangan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.
D. Tujuan filsafat pendidikan
Menurut Haryatmoko,ada empat tujuan yang menjadi idealisme pendidikan yaitu :
1. Perolehan pengetahuan dan keterampilan atau kemampuan menjawab permintaan pasar
Upaya pendidikan di fokuskan pada perolehan pengetahuan dan keterampilan khusus supaya unggul dalam bidangnya, tolak ukur keberhasilan model pendidikan semacam ini adalah peserta didik mampu menemukan lapangan kerja dengan tingkat pendapatan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Jadi pendidikan di arahkan untuk memberi sumbangan bagi penyelenggara kesejahteraan masyarakat dengan mempersiapkan orang-orang masuk ke dunia kerja. Memperoleh keterampilan dan penegtahuan ini biasanya menjadi tujuan yang paling dominan mengapa peserta didik memilih sekolah atau perguruan tinggi tersebut.
2. Menekankan orientasi humanistik
Pendidikan di arahkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan penalaran, kemampuan untuk mempertanggungjawabkan pertanyaan-pertanyaan, keyakinan-keyakinan dan tindakannya. Orang-orang yang mendapatkan pendidikan yang kuat orientasi humanistinya akan mampu menghadapi prubahan yang cepat. Mereka adalah orang orang yang selalu siap untuk belajar lagi dan terbuka bagi hal-hal yang baru serta kritis terhadap diri dan lingkungannya.
3. Menjawab tantangan ekonomi, sosial, dan keadilan
Dalam perspektif ini pendidikan di harapkan untuk bisa mengenali dan dan menjelaskan masalah-masalah yang di hadapi masyarakat dan kemudian berusaha jwaban-jawaban yang mendasarkan pada etika. Tolak ukur keberhasilan tujuan pendidikan ini adalah tumbuhnya dalam diri peserta didik minat memahami secara kritis perubahan yang sedang berlangsung dalam masyarakat. Pendidikan tidak mengakibatkan peserta didik terasing dari cara hidup orang orang senegara yang berpendapatan lebih rendah. Peserta didik lebi menjadi peduli terhadap masalah ketidak adilan, konflik, peka terhadap penderutaan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Tumbuhnya belarasa pada peserta didik mendorong motivassi belajar untuk tujuan pembebasan, kesejahteraan dan kedamaian.
4. Kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan itu sendiri
Tujuan ini lebih terkait langsung dengan pendidikan tinggi dan menuntut disposisi khusus. Tujuan pendidikan ini megajak peserta didik untuk mempelajari sesuatu demi kemajuan ilmu itu sendiri. Tolak ukur keberhasilan ialah penelitian-penelitian yang di lakukan membawa penemuan teori-teori baru. Tantangannya terletak dalam upaya menjawab masalah-masalah etika dan bagaimana menghadapi tau mencegah penyalahgunaan ilmu-ilmu dan teknologi.
Adapun tujuan filsafat pendidikan dapat di lihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yaitu :
1.Idealisme
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan kebenaran tertinggi adalah ide. Idealisme ini juga mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia.
2.Realisme
Realisme beranggapan bahwa aliran filsafat yang memandang bahwa objek indera kita adalah real. Aliran filsafat ini juga memandang bahwa dunia materi luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan menggunakan intelegensi.
3.Pragmatisme
Pandangan ini dapat di anggap sebagai kreasi filsafat yang berasal dari amerika serikat. Pragmatisme dipengaruhi oleh pandangan emperisme,utitarianisme dan positivisme. Pragmatisme menganggap bahwa suatu teori dapat di katakan benar apabila teori itu bekerja.
4.Humanisme
Humanisme sebagai sebuah akiran kefilsafatan yang menempatkan kebebasan manusia, baik berfikir , bertindak dan bekerja, sebagai segala galanya, berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya bangunan peradaban modern.
5.Behaviourisme
Behaviourisme merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai mahluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku manusia.
6.Konstrutivisme
Dalam aliran konstrutivisme ini lebih mengkehendaki agar peserta didik dapat menggunakan kemampuannya secara konstruktif untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik harus aktif mengembangkan pengrtahuan, sehingga peserta didik memiliki kreativitas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, aliran ini mengutamkan peran peserta didik dalam berinisiatif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang integral atau satu kesatuan.
Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan.
Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang terperinci kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Komentar
Posting Komentar