MAKALAH: ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA- ZACARY NGEBLOG

 

ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menghasilkan siswa yang mempunyai keterampilan berbahasa yang baik maka dibutuhkan seorang guru yang profesional dan menguasai empat kemampuan keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara prima. Meski tidak sebaik guru bahasa, guru sekolah dasar tetap harus memiliki keterampilan berbahasa yang baik.

Dapat dibayangkan apabila kita yang merupakan calon pendidik tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita pasti tidak akan mampu mengungkapkan pikiran, mengekspresikan perasaan, menyatakan kehendak, atau melaporkan fakta-fakta yang kita amati. Di pihak lain, kita tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang lain kepada kita. Jangankan tidak memiliki kemampuan seperti yang dikemukakan di atas, kita pun akan mengalami berbagai kesulitan apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki tergolong rendah.

Sebagai pendidik, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai. Di pihak lain, para siswa pun akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami pelajaran yang akan disampaikan. Guru tidak memiliki keterampilan berbicara yang memadai, sebaliknya siswa tidak memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik maka proses komunikasi pun gagal dilakukan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya apabila kita tidak memiliki keterampilan menulis. Sebaliknya, kita tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar terdahulu apabila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai.

 

 


B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.      Seperti apa aspek-aspek keterampilan berbahasa?

2.      Keterampilan-keterampilan apa yang harus dimiliki pendengar, pembicara, pembaca, dan penulis?

3.      Apa tujuan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa?

 

C.      Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Mengertahui aspek-aspek keterampilan berbahasa.

2.      Mengetahui keterampilan-keterampilan apa yang harus dimiliki pendengar, pembicara, pembaca, dan penulis.

3.      Apa tujuan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa?

 


 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Menyimak dan Mendengarkan

1.        Pengertian Menyimak dan Mendengarkan

Moeliono menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan diartikan sebagai kegiatan menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Kedua kegitan tersebut sama-sama dilakukan secara tidak sengaja. Berbeda halnya dengan menyimak, menyimak diartikan sebagai suatu aktifitas mendengarkan yang dilakukan secara sengaja untuk menangkap makna dari sumber simakan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Subyakto yang menyatakan bahwa dalam kegiatan menyimak seseorang tidak hanya berperan pasif dalam suatu wacana, tetapi dia juga berperan aktif untuk menyusun ulang pesan yang disampaikan oleh pembicara.

Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Keterampilan mendengarkan di sini bukan berarti hanya sekadar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melalui alat pendengarannya, melainkan sekaligus memahami maksudnya. Oleh karena itu, istilah mendengarkan sering diidentikkan dengan menyimak. Istilah mendengarkan atau menyimak berbeda dari istilah mendengar. Meskipun menggunakan alat pendengaran, mendengarkan berbeda dengan mendengar. Pada kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan, konsentrasi, atau bahkan pemahaman. Sementara pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan, dilakukan dengan penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang memadai.

Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara noninteraktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki


kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya, atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

2.        Tujuan Menyimak

Menurut Tarigan tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut:

a.         Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar seseorang dapat memperoleh penguasaan dari bahan ujaran sang pembicara.

b.         Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan (terutama dalam bidang seni).

c.         Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).

d.        Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).

e.         Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

f.          Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli.

g.         Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

h.         Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak. Dengan kata lain, dia menyimak secara persuasif.

3.        Keterampilan Mikro yang Harus Dimiliki Pendengar

Berikut ini adalah keterampilan mikro yang harus dimiliki pendengar agar dapat memahami informasi yang disampaikan, antara lain:

a.         Menyimpan atau mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek.

b.         Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target.

c.         Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intonasi; menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.

d.        Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar.

e.         Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus.

f.          Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan.

g.         Menebak makna dari konteks.

h.         Mengenal kelas-kelas kata.

i.           Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis.

j.           Mengenal perangkat-perangkat kohesif.

k.         Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya.

 

 

B.       Berbicara

1.        Pengertian Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Haryadi dan Zamzani mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain.

Pengertian ini menjelaskan bahwa berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata, tetapi menekankan pada penyampaian gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau penerima informasi atau gagasan. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian berbicara ialah kemampuan mengucapkan kata-kata dalam rangka menyampaikan atau menyatakan maksud, ide, gagasan, pikiran, serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh penyimak.

Dalam keterampilan berbicara dikenal tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya terjadi pada percakapan secara tatap muka dan berbicara melalui telepon. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini memungkinkan adanya pergantian peran atau aktivitas antara berbicara dan mendengarkan. Di samping itu, situasi interaktif ini memungkinkan para pelaku komunikasi untuk meminta klarifikasi, pengulangan kata atau kalimat, atau meminta lawan bicara untuk memperlambat tempo bicara, dan lain-lain. Kegiatan berbicara dalam situasi interaktif ini dilakukan secara tatap muka langsung, bersifat dua arah, atau bahkan multi arah. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang tergolong semiinteraktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum, kampanye, khutbah atau ceramah, dan lain-lain, baik yang dilakukan melalui tatap muka secara langsung namun berlangsung secara satu arah. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif jika pembicaraan dilakukan secara satu arah dan tidak melalui tatap muka langsung, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Pidato kenegaraan yang disampaikan melalui siaran televisi atau radio termasuk ke dalam jenis ini.

2.        Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan.

Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan, menjamu dan menghibur, serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan. Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir mengemukakan tujuan berbicara diantaranya adalah untuk meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan, dan menyenangkan para pendengar. Pendapat ini tidak hanya menekankan bahwa tujuan berbicara hanya untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, namun juga menghendaki reaksi fisik atau tindakan dari si pendengar atau penyimak.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi. Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki reaksi dari pendengar atau penerima informasi.

 

 

3.        Keterampilan Mikro yang Harus Dimiliki Pembicara

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki oleh si pembicara dalam melakukan aktivitas berbicara, antara lain:

a.         Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.

b.        Menggunakan tekanan, nada, serta intonasi secara jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara.

c.         Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.

d.        Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi dan pelaku komunikasi (hubungan antara pembicara dan pendengar).

e.         Menyampaikan kalimat-kalimat utama dengan jelas bagi pendengar.

f.         Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama.

g.        Berupaya agar wacana berpautan secara serasi sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan.

Jika hal-hal yang harus diperhatikan oleh pembicara tadi diklasifikasikan, hal di atas dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yakni aspek isi pembicaraan, aspek bahasa, dan aspek performansi (gestur tubuh, mimik, dan ekspresi dalam menyampaikan isi pembicaraan).

 

C.      Membaca

1.        Pengertian Membaca

Keterampilan membaca tergolong keterampilan yang bersifat aktifreseptif. Aktivitas membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Namun, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

Keterampilan membaca terbagi ke dalam dua klasifikasi, yakni (a) membaca permulaan, dan (b) membaca lanjutan. Kemampuan membaca permulaan ditandai oleh kemampuan melek huruf, yakni kemampuan mengenali lambang-lambang tulis dan dapat membunyikannya dengan benar. Pada fase ini, pemahaman isi bacaan belum begitu tampak karena orientasi pembaca lebih ke pengenalan lambang bunyi bahasa. Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca ditandai oleh kemampuan melek wacana. Artinya, pembaca bukan hanya sekadar mengenali lambang tulis dan bisa membunyikannya dengan lancar, melainkan juga dapat memetik isi atau makna bacaan yang dibacanya. Penekanan membaca lanjut terletak pada pemahaman isi bacaan, bahkan pada tingkat tinggi harus disertai dengan kecepatan membaca yang memadai.

Membaca bersuara sering juga memakai nama-nama yang berbeda seperti membaca mekanis, membaca oral, membaca ulat, dan membaca nyaring. Apapun nama yag digunakan, membaca mekanis ini merupakan suatu aktifitas yang jelas untuk menangkap dan memahamkan informasi pikiran dan perasaan. Bacaan mekanis adalah bacaan bersuara yang menyuarakan tulisan dengan sebutan yang jelas dan terang dengan intonasi dan irama mengikat, gaya membaca yang betul, dengan mengerakkan alat pertuturan, orang yang membaca harus mempunyai kemampun untuk mengartikan apa saja yang tersirat dalam bahan–bahan yang dibaca, lazimnya ia harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh. Ia juga harus bisa mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar. Membaca mekanis merupakan suatu keterampilan yang serba rumit dan kompleks, dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, membaca mekanis yang digunakan lebih tertumpu pada usaha menganalisis pengucapan dari pada pemahaman.

Membaca pemahaman menurut Tarigan merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa situasi sekitar pembaca berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Suatu kegiatan reseptif menelaah isi teks bacaan memerlukan situasi lingkungan yang tenang. Keadaan yang tenang akan membuat pembaca lebih mudah mengenali setiap lambang bunyi, memberi makna dan dapat menanggapi isi bacaan dengan cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan menjadi kendala bagi pembaca dalam memahami bahan bacaan.

2.        Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami di bandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam egiatan membaca di kelas, guru hendaknya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai, atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca itu sendiri.

Menurut Farida Rahim tujuan membaca mencakup:

a.         kesenangan,

b.        menyempurnakan membaca nyaring,

c.         menggunakan strategi tertentu,

d.        mengetahui pengetahuan tentang suatu topik,

e.         mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah di ketahui,

f.         memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,

g.        mengkonfirmasikan atau menolak prediksi,

h.        menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang di peroleh dari suatu teks dalam beberapa cara dan mempelajari tentang struktur teks, dan

i.          menjawab pertanyaan yang spesifik.

Kemudian menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih tujuan membaca sangat beragam tergantung pada situasi dan kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat di bedakan menjadi berikut:

a.         mendapatkan Informasi yaitu mencakup informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari,

b.        membaca untuk meningkatkan citra diri,

c.         submilasi atau penyaluran yang positif,

d.        rekreatif yaitu untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan,

e.         membaca hanya karena iseng, dan

f.         untuk mencari nilai-nilai keindahan dan nilai kehidupan.

3.        Keterampilan Mikro yang Harus Dimiliki Pembaca

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca, adalah sebagai berikut:

a.         Mengenal sistem tulisan yang digunakan.

b.        Mengenal kosakata.

c.         Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama.

d.        Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata, dari konteks tertulis.

e.         Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

f.         Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi.

g.        Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis.

h.        Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan.

i.          Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-kesimpulan.

j.          Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama.

k.        Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan.

l.          Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.

 

D.      Menulis

1.        Pengertian Menulis

Menurut Djuharie, menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat dibina dan dilatihkan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Ebo bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan. Mengenai pengertian menulis, Pranoto berpendapat bahwa menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menulis pada umumnya, dan menulis karya ilmiah pada khususnya.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat aktif produktif. Keterampilan ini dipandang menduduki hierarki yang paling rumit dan kompleks di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya.

Aktivitas menulis bukanlah sekadar hanya menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan menuangkan dan mengembangkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, ide, dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap oleh pembacanya.

Sama seperti halnya dengan keterampilan membaca, keterampilan menulis pun dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni (a) menulis permulaan dan (b) menulis lanjutan. Menulis permulaan sesungguhnya identik dengan melukis gambar. Pada fase ini, si penulis tidak menuangkan ide atau gagasan, melainkan hanya sekadar melukis atau menyalin gambar atau lambang bunyi bahasa ke dalam wujud lambang-lambang tertulis. Pada awal-awal memasuki persekolahan, para siswa dilatih menulis permulaan yang proses pembelajarannya sering disinergiskan dan diintegrasikan dengan kegiatan membaca permulaan. Kegiatan menulis yang sesungguhnya merupakan aktivitas curah ide, curah gagasan, yang dinyatakan secara tertulis melalui bahasa tulis.

2.        Tujuan Menulis

Tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau khalayak yang luas.

Menurut Erlina Syarif tujuan menulis adalah:

a.         Menginformasikan segala sesuatu

Melalui membaca media cetak kita dapat mendapatkan berita baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.

b.        Membujuk

Melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung apa yang dikemukakannya. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif.

c.         Mendidik

Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang.

d.        Menghibur

Melalui membaca cerpen ataupun novel seseorang dapat terhibur dengan isi cerita yang terkandung didalamnya.

 

 

 

3.        Keterampilan Mikro yang Harus Dimiliki oleh Penulis

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, di mana penulis perlu untuk:

a.         Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk penggunaan ejaan.

b.        Memilih kata yang tepat.

c.         Menggunakan bentuk kata dengan benar.

d.        Mengurutkan kata-kata dengan benar.

e.         Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

f.         Memilih genre tulisan yang tepat sesuai dengan pembaca yang dituju.

g.        Mengupayakan ide-ide atau informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan.

h.        Mengupayakan, terciptanya paragraf, dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan.

i.          Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis.

 

 


 


BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Keterampilan berbahasa ada empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan aspek reseptif, sementara berbicara dan menulis merupakan aspek produktif. Dalam aktivitas berbicara, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Sementara, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang disampaikan si penyampainya. Dalam kegiatan menulis, si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Di pihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan penulisnya.

Dalam mengirimkan pesan, antara lain si pengirim harus memiliki keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima harus memiliki keterampilan dalam melakukan proses decoding. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, dai, wartawan, dan lain-lain.Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menghasilkan siswa yang mempunyai

B.       Saran

Sebagai calon pendidik sebaiknya kita melatih keterampilan berbahasa kita agar kita dapat menyampaikan pelajaran yang hendak kita ajarkan kepada peserta didik dengan baik dan agar peserta didik dapat menerima pelajaran kita dengan baik. Sebab jika keterampilan berbahasa kita tergolong rendah, kita akan kesulitan dalam menyampaikan pelajaran sehingga proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah: Strategi Pembelajaran PKN di SD | zacary Ngeblog

MAKALAH: BELAJAR DAN PEMBELAJARAN HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ( ZACARY NGEBLOG )

Makalah : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (TEORI-TEORI BELAJAR ( zacary ngeblog )