Makalah: Pembelajaran Tuntas (zacary ngeblog)
PEMBELAJARAN TUNTAS
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia
yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin
dari rendahnya rata-rata prestasi belajar peserta didik. Masalah lain adalah
bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak
menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik.
Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam
berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik
(menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning
sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang
memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya
belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi
pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak
menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah.
Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat
dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai
dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif
dan efisien.
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta
untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar.
B.
Rumusan Masalah
Dalam penulisan, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?
2.
Bagaimana ciri-ciri Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)?
3.
Bagaimana prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning)?
4.
Bagaimana langkah-langkah Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning)?
5.
Apa kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Tuntas
(Mastery Learning)?
6.
Bagaimana penerapan Pembelajaran Tuntas di sekolah
dasar?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1.
Memenuhi tugas kuliah dari dosen pengampu Strategi
Pembelajaran
2.
Mengetahui pengertian Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
3.
Mengetahui ciri-ciri Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
4.
Mengetahui prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
5.
Mengetahui langkah-langkah Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
6.
Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari Pembelajaran
Tuntas (Mastery Learning)
7.
Mengetahui penerapan Pembelajaran Tuntas di sekolah dasar
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam
pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi
tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas
merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
oleh seluruh warga sekolah.
Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat
semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar
secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005: 193).
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta
untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar.
Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah pencapaian
setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau
dengan kata lain penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar tuntas adalah
memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya
dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar
tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap
siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh
karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75%
dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai
60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes
sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk
mata pelajaran tersebut.
Konsep
pembelajaran tuntas dilandasi oleh pandangan bahwa semua atau hampir semua
siswa akan mampu mempelajari pengetahuan atau keterampilan dengan baik asal
diberikan waktu yang sesuai dengan kebutuhannya. Setiap siswa mempunyai
kemampuan dan upaya untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Tahap penguasaan
bergantung kepada kualitas pembelajaran yang dialaminya. Pembelajaran tuntas
merupakan suatu model pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai
hasil pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum
berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu yang
cukup dan proses pembelajaran yang berkualitas.
Menurut
Bloom (1968) Pembelajaran Tuntas merupakan satu model pembelajaran yang
difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Kemudian,
Anderson & Block (1975) berpendapat bahwa pembelajaran tuntas adalah
seperangkat gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu yang dapat
membantu siswa untuk belajar secara konsisten. Gagasan dan tindakan ini
menghasilkan proses pembelajaran yang sistematik, membantu siswa yang
menghadapi masalah pembelajaran, serta membutuhkan waktu yang cukup bagi siswa
untuk mencapai ketuntasan berdasarkan kriteria ketuntasan yang jelas. Terdapat
tiga hal yang menjadi alasan mengapa model pembelajaran tuntas ini perlu
dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
1.
Siswa memiliki kemampuan dan kebutuhan yang
berbeda-beda, sehingga membutuhkan layanan pembelajaran dan waktu yang berbeda
pula.
2.
Siswa membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dan
berkesan, sehingga mereka dapat belajar dengan senang tanpa adanya paksaan.
3.
Siswa pada dasarnya harus menguasai standar kompetensi
dan kompetensi dasar berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditawarkan
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2.
Ciri-ciri
Pembelajaran Tuntas
a.
Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Jadi baik cara belajar mengajar maupun
alat evaluasi yang digunakan untuk mengatur keberhasilan siswa harus
berhubungan erat dengan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai.
b.
Memperhatikan perbedaan individu.
Yang
dimaksud dengan perbedaan individu adalah perbedaan siswa dalam menerima
rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju belajarnya. Dalam hal
ini pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dapat disesuaikan dengan
sensitivitas indra siswa.
c.
Evaluasi dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas
kriteria
Evaluasi dilakukan secara kontinu (continuous evaluation) ini diperlukan
agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis.
Evaluasi berdasarkan kriteria mengenal dua macam bentuk yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Test formatif adalah tes yang digunakan
selama siswa mempelajari bahan pelajaran untuk menguasai tujuan intruksional
yang telah ditentukan. Menurut Michael Scriven, evaluasi formatif mempunyai dua
tujuan :
1)
Untuk menemukan sampai seberapa jauh siswa telah
menguasai bahan pelajaran.
2)
Untuk melakukan penilaian cara mengajar yang
direncanakan dan yang diterapkan itu telah cukup baik atau masih memerlukan
perbaikan.
d.
Menggunakan
program perbaikan dan program pengayaan
Program
perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi
yang kontinu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan
kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. program perbaikan
ditunjukan kepada mereka yang belum menguasai tujuan intruksional tertentu,
sedangkan program pengayaan diberikan kepada mereka yang telah menguasai unit
pelajaran yang diberikan.
e.
Menggunakan
prinsip siswa belajar aktif
Cara belajar
mengajar demikian mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan
mencari buku-buku atau sumber-sumber lain untuk memecahkan persoaln-persoalan
yang dihadapinya.
f.
Menggunakan satuan pelajaran yang kecil.
Cara belajar
mengajar dengan menggunakan prinsip belajar tuntas menuntut pembagian bahan
pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi
bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik
secara mungkin.
3.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Tuntas
Prinsip pembelajaran tuntas menurut Gentile &
Lalley :
a.
Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan
dengan urutan yang hirarkis.
b.
Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan
patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback.
c.
Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang
diperlukan.
d.
Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang
mencapai ketuntasan belajar lebih awal.
4.
Langkah-langkah
Pembelajaran Tuntas
Langkah-langkah
yang harus diambil guru untuk melaksanakan belajar tuntas mencakup:
a.
Memecah-mecah mata pelajaran ke dalam sejumlah unit
belajar yang lebih kecil (misalnya pengajaran dua mingguan), menetapkan tujuan
pembelajaran untuk setiap unit belajar, dan mengurutkan unitunit belajar
tersebut berdasarkan tingkat kesulitannya (diawali dengan yang paling mudah).
b.
Memberikan pretest untuk unit pelajaran yang akan
disajikan. 3. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kecil.
c.
Siswa mempelajari unit pelajaran pertama dalam
kelompok belajarnya masing-masing.
d.
Melaksanakan tutorial individual bagi siswa yang
berkesulitan.
e.
Melaksanakan tes formatif pada akhir setiap unit
pelajaran.
f.
Memberikan materi penghubung tambahan (supplementary
instructional connectives) untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar pada
unit itu sebelum pembelajaran kelompok dilanjutkan ke unit pelajaran berikutnya.
g.
Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah mencapai
penguasaan penuh untuk unit pelajaran ini.
h.
Memberikan tes sumatif untuk mengecek ketuntasan
belajar siswa bagi seluruh mata pelajaran.
i.
Jika pada hasil tes sumatif tersebut siswa tidak
menunjukkan ketuntasan, maka guru menggunakan strategi-strategi korektif hingga
ketuntasan dicapai.
Instrumen
yang harus dipersiapkan guru meliputi:
1.
Sejumlah satuan acuan pembelajaran
(unit pelajaran) yang berisikan materi pokok pembelajaran dan tujuan khusus
pembelajaran untuk setiap unit pelajaran.
2.
Tes formatif untuk masing-masing
unit pelajaran.
3.
Instrumen korektif/pengayaan untuk
setiap unit.
4. Materi penghubung tambahan
(supplementary instructional connectives) antar-unit.
5.
Tes sumatif.
5.
Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Tuntas
Kelebihan Pembelajaran Tuntas, sebagai berikut :
a.
Pendekatan ini sejalan dengan pandangan psikologi
belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual.
b.
Memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah
sendiri dengan proses menemukan dan bekerja sendiri.
c.
Guru dan siswa dapat bekerja sama secara partisipatif
dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun proses bimbingan terhadap siswa
lainnya.
d.
Berorientasi kepada peningkatan produktivitas hasil
belajar karena siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh,
dan utuh.
e.
Pendekatan ini pada hakekatnya tidak mengenal siswa
yang gagal belajar atau tidak naik kelas. Siswa yang hasil belajarnya kurang
memuaskan atau masih di bawah target hasil yang diharapkan, terus menerus
dibantu oleh rekannya dan gurunya.
f.
Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar
siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh
guru, rekan sekelas dan oleh diri sendiri, dan berlangsung secara berlanjut
serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan
spesifik.
g.
Didasarkan pada suatu perencanaan yang sistemik yang
memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan kurikulum yang berlaku.
h.
Menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka
belajar secara lebih leluasa.
i.
Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat
pada pendekatan pembelajaran konvensional yang pada umumnya berdasarkan
pendekatan klasikal.
Beberapa
kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran tuntas, antara lain:
a.
Guru sering mengalami kesulitan dalam membuat
perencanaan mengajar karena harus dibuat untuk jangka waktu yang cukup panjang
di samping penyusunan perencanaan mengajar yang lengkap dan menyeluruh.
b.
Pendekatan pembelajaran tuntas ini dalam pelaksanaannya
harus melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan
guru yang memadai.
c.
Guru-guru yang sudah terbiasa melaksanakan
pembelajaran dengan cara-cara yang lama (konvensional) biasanya akan mengalami
hambatan untuk melaksanakan pendekatan pembelajaran tuntas ini.
d.
Pendekatan ini mempersyaratkan tersedianya berbagai
fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup banyak, sedangkan
sekolah-sekolah kita pada umumnya masih langka dalam segi sumber-sumber teknis
seperti yang diharapkan.
e.
Diberlakukannya sistem ujian seperti EBTA, EBTANAS,
UAN/UN yang menuntut penyelenggaraan program pembelajaran pada waktu yang telah
ditetapkan dan usaha persiapan para siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi
salah satu unsur penghambat pelaksanaan pembelajaran tuntas yang diharapkan.
f.
Untuk
melaksanakan pendekatan ini yang mengacu kepada penguasaan materi belajar
secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar mengusai materi tersebut
secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal ini menuntut para guru
agar belajar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
6.
Penerapan Pembelajaran Tuntas Di Sekolah Dasar
a.
Tujuan Penerapan Pembelajaran Tuntas di SD
Tujuan ideal
dari penerapan pembelajaran tuntas di SD yaitu agar bahan yang dipelajari dapat
dikuasai sepenuhnya oleh seluruh siswa. Penerapan konsep pembelajaran tuntas
dalam pembelajaran di SD dapat mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam
belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan
serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan
Pembelajaran Tuntas di SD
Penerapan
pembelajaran tuntas dalam proses pembelajaran dilandasi oleh pandangan bahwa
pada dasarnya semua siswa memiliki kesanggupan untuk menguasai bahan pelajaran
yang diajarkan secara tuntas dengan syarat-syarat tertentu. Menurut S. Nasution
(2000), terdapat lima faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar, yaitu:
1.
Bakat untuk mempelajari sesuatu
2.
Mutu pengajaran
3.
Kesanggupan untuk memahami pengajaran
4.
Ketekunan
5.
Dan waktu yang tersedia untuk belajar
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi
peserta didik mencapai penguasaan (mastery
level) terhadap kompetensi tertentu. Pembelajaran tuntas adalah pola
pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal
pemberian kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik
dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus melakukan perencanaan terlebih
dahulu agar guru tersebut mampu mengajar peserta didiknya dengan baik.
Pembelajaran tuntas merupakan strategi belajar yang baik digunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, karena dengan belajar tuntas, siswa dituntut
untuk benar-benar menguasai materi yang dipelajari, dengan begitu maka siswa
yang belum menguasai materi akan terus mengulang kembali materi yang telah
dipelajarinya sampai dia benar-benar menguasainya, meskipun tidak 100% siswa
tersebut memahaminya.
Dalam strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,
selain itu penilaian dalam pembelajaran tuntas ini mengandung unsur
objektifitas yang tinggi.
B.
Saran
Dalam menggunakan strategi belajar tuntas ini guru harus terlebih dahulu
tahu dan memahami sebenarnya seperti apa strategi belajar tuntas itu agar dalam
pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan. Strategi belajar tuntas harus disusun
secara sistematis agar semua peserta didik dapat memperoleh hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.
Jakarta : Bumi Aksara.
Depdiknas.
2008. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning) Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah

MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
TUNTAS
(MASTERY LEARNING)
KELOMPOK
1 :
MUNARTI
MUHAMMAD
KHADAFI
MULIA
MUH.
JAELANI
NUR
FITRI
RESKIYANTI
TAJUDDIN
KELAS
C 11.1
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, kami panjatkan puji syukur
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kami. Shalawat dan
salam tak lupa
pula kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
suritauladan sempurna untuk seluruh umat dalam menempuh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Selanjutnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Dra. Hj. Hasnah, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami, serta teman-teman C 11.1 dan semua pihak yang telah
memberi arahan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Pembelajaran Tuntas”.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
susunan kalimat, maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan
kritik yang membangun agar kami dapat memperbaiki makalah
ini dan makalah selanjutnya. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Amin Ya Robbal ’Alamin.
Penyusun,
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I. Pendahuluan 1
A. Latar
Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan
Penulisan 2
BAB II. Pembahasan 3
1.
Pengertian Pembelajaran Tuntas 3
2.
Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas 4
3.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Tuntas 6
4.
Langkah-langkah Pembelajaran Tuntas 6
5.
Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Tuntas 8
6.
Penerapan Pembelajaran Tuntas di Sekolah Dasar 9
BAB III. Penutup 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
Daftar Pustaka 12
Komentar
Posting Komentar