Makalah : TEORI KLASIFIKASI KECERDASAN DAN PERKEMBANGAN KREATIFITAS | Zacary Ngeblog

 

TEORI KLASIFIKASI KECERDASAN DAN

PERKEMBANGAN KREATIFITAS

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Kreativitas adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.

Terdapat tiga lingkup yang berperan besar dalam merangsang perkembangan kreativitas anak yakni peranan keluarga, peranan sekolah, dan peranan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah

a.       Apa pengertian teori klasifikasi kecerdasan dan perkembangannya?

b.      Apa pengertian teori kreatifitas dan perkembangannya?

c.       Apa ciri-ciri kreatifitas?

d.      Apa peranan lingkungan dalam merangsang perkembangan kreatifitas siswa?

C.     Tujuan

a.       Menjelaskan pengertian teori klasifikasi kecerdasan dan perkembangannya

b.      Menjelaskan pengertian teori kreatifitas dan perkembangannya?

c.       Menjelaskan ciri-ciri kreatifitas?

d.      Menjelaskan peranan lingkungan dalam merangsang perkembangan kreatifitas siswa?

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.           Teori Klasifikasi Kecerdasan dan Perkembangannya

a.              Teori dan Klasifikasi Kecerdasan Intelektual dan Perkembangannya

1.        Kecerdasan Intelektual (Intellegence Quatient)

IQ adalah kemampuan berfikir secara abstrak dengan memecahkan sebuah masalah menggunakan simbil-simbol verbal dan kemampuan untuk belajar dalam menyesuaikan pengalaman-pengalaman nya dalam kehidupan sehari-hari.

2.        Perkembangan Kecerdasan Intelektual

·                Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motoriknya untuk mengenal lingkungan sekitarnya.

·                Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini anak anak mengenal lingkungannya dengan menggunakan sebuah simbol bahasa, peniruan, dan permainan.

·                Tahap Konkret Operasional (7-11 tahun)

Pada masa ini individu sudah mampu berfikir konkret dan memahami sebuah konsep melalui sebuah pengalaman sendiri.

·                Tahap Formal Operasional (11 tahun-dewasa)

Pada tahap ini individu sudah mampu berfikir sistematis, berhipotesis mengenai sesuatu yang bersifat abstrak.

b.             Teori dan Klasifikasi Kecerdasan Emosional dan Perkembangannya

1.        Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

EQ yaitu kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dalam mengendalikan dorongan hati atau tidak melebih-lebihkan kesenangan.

2.        Perkembangan Kecerdasana Emosional

Pada masa remaja untuk tahap ini yaitu masa dimana meningginya  emosi. Namun karena pada masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri dalam menghadapi keadaan-keadaan tersebut, sebagian remaja mengalami sebuah ketidakstabilan dari waktu-kewaktu terhadap pola pikir yang baru dan harapan sosial yang baru. Pola emosi remaja itu sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak, jenis emosi yang secara normal yaitu cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut atau cemas, cemburu, sedih dan lain sebagainya. 

c.              Teori dan Klasifikasi Kecerdasan Spiritual dan Perkembangannya

1.        Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)

Dalam kecerdasan spiritual adanya suatu kekuatan yang lebih dalam dirinya sendiri dan menggambarkan kebutuhan dalam diri seseorang tersebut.

2.        Perkembangan Kecerdasan Spiritual

·                Tahap dimana ditandai dengan rasa percaya anak terhadap pengasuhnya berupa saling memberi dan menerima melalui sebuah interaksi antara anak dan pengasuhnya yaitu pada umur 0-2 tahun.

·                Pada tahap ini anak mulai menirukan apa yang dicontohkan oleh orang dewasa yaitu, pada umur   2-7 tahun.

·                Dimulai pada usia 7-11 tahun, pada tahap ini anak mulai mengambil makna dari tradisi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan kognitifnya.

·                Kepercayaan remaja pada tahap ini adalah ditandai dengan sebuah kesadaran tentang adanya simbolis dan memiliki lebih dari dua cara untuk mengetahui sebuah kebenaran yaitu pada usia 12 tahun.

·                Tahap yang terjadi pada usia 19 tahun atau pada masa dewasa awal adalah mulai muncul kepercayaan dan tanggung jawab individu.

·                Pada usia 30 tahun, tahap ini ditandai dengan adanya perasaan integrasi dengan simbol-simbol ritual dan keyakinan agama.

·                Perkembangan pada usia lanjut, dimana ditandai dengan munculnya kepercayaan transendental untuk mencapai perasaan ketuhanan.

 

B.            Teori-Teori Kreativitas dan Perkembangannya

a.       Pengertian Kreativitas

Menurut Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, alam, dan dengan orang lain.

Menurut Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.

Jadi, yang dimaksud dengan kreativitas adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.

b.             Perkembangan Kreativitas

Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif dan dapat ditinjau berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget. Menurut Jean Piaget (McCormack, 1982) ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu sebagai berikut.

1.        Tahap Sensori-Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya termasuk orang tuanya, dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakannya.

Mengenai kreativitasnya, pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan anak masih berupa tindakan fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih belum permanen, belum memiliki konsep ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan, dan belum memiliki kemampuan berbahasa.

Kemampuan yang paling tinggi pada tahap ini terjadi pada umur 18-24 bulan, yaitu sudah mulai terjadi transisi dari representasi tertutup menuju representasi terbuka. Pada umur ini, anak sudah mulai dapat mereproduksikan sesuatu yang ada dalam memori dan dapat menggunakan simbol-simbol untuk merujuk kepada objek-objek yang tidak ada.

2.        Tahap Praoperasional

Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang di dekatnya, dan lingkungan sekitarnya.

Pada tahap ini, anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuannya. Pada akhir tahap ini, kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka pendek. Di samping itu, anak memiliki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam di lingkunganya secara animistik dan antropomorfik. Penjelasan animistik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan hewan. Adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan manusia.

3.        Tahap Operasional Konkret

Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan relitas konkret dan rasa ingin tahunya berkembang. Interaksinya dengan lingkungan sudah semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah berkurang.

Faktor-faktor memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut.

·                Anak sudah mulai mampu menampilkan operasi-operasi mental.

·                Anak mulai mampu berpikir logis dalam bentuk sederhana.

·                Anak mulai berkembang kemampuannya untuk memelihara identitas diri.

·                Konsep tentang ruang sudah semakin meluas.

·                Anak sudah menyadari adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

·                Anak sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek konkret.

4.        Tahap Operasional Formal

Tahap ini dialami oleh anak pada usai 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, interaksinya dengan lingkungan sudah amat luas menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.

Dilihat dari perspektif ini, perkembangan kreativitas remaja pada posisi seiring dengan tahapan operasional formal. Artinya, perkembangan kreativitasnya sedang berada pada tahap yang amat potensial bagi perkembangan kreativitas.

Beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas, antara lain sebagai berikut.

·                Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan dan objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.

·                Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang dan waktu relatif.

·                Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks.

·                Remaja sudah mampu melakukan abstraksi reflektif dan berpikir hipotesis.

·                Remaja sudah memiliki diri ideal.

·                Remaja sudah menguasai bahasa abstrak.

 

C.            Ciri-Ciri Karakteristik Kreatif

Banyak penelitian di bidang medis yang membenarkan bahwa berpikir kreatif sangat baik bagi kesehatan mental dan fisik seseorang. Mulai dari mengurangi stres dan kecemasan hingga meningkatkan kebugaran tubuh.

Namun dilansir dari Huffington Post, orang yang kreatif cukup sulit untuk digambarkan. Ini karena kreativitas melibatkan sejumlah proses berpikir, imajinatif, tindakan, dan emosi yang berbeda-beda pada setiap orang.

Walaupun tidak semua orang kreatif menunjukkan karakteristik yang sama, beberapa pakar sepakat bahwa ciri-ciri orang kreatif cenderung seperti berikut ini.

a.              Suka berimajinasi, tapi tetap berpijak pada kenyataan

Orang yang kreatif suka berangan-angan membayangkan hal yang kadang tidak terpikirkan oleh orang lain. Ini adalah ciri-ciri orang kreatif yang paling khas.

Orang yang kreatif cenderung menjadi seniman, baik itu penyair, musisi, penulis, atau pelukis. Walaupun pada kenyataanya, pemikiran kreatif tidak membatasi kegiatan seseorang contohnya, dalam dunia bisnis.

b.             Memiliki banyak energi, tapi bisa tetap fokus

Orang yang kreatif memiliki banyak energi, baik secara fisik maupun mental. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukan suatu hal yang menarik perhatian mereka dengan konsentrasi tinggi. Akan tetapi, bukan berarti orang yang kreatif  itu hiperaktif, ya.

Orang kreatif memahami waktu dan mengenal kemampuan dirinya dengan baik. Mereka tahu kapan sebaiknya istirahat untuk mengembalikan energinya dan waktu-waktu tertentu saat mereka dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

c.              Lebih dari “cerdas”

Studi yang berasal dari Stanford University menunjukkan bahwa kecerdasan IQ berkaitan dengan kreativitas. Orang yang cerdas dilihat dari skor IQ-nya rata-rata memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mampu berpikir kreatif dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara-cara kreatif.

Kecerdasan IQ yang memumpuni juga membuat seseorang mampu melihat suatu hal dengan cara pandang yang berbeda.

d.             Suka bermain, tapi tetap disiplin

Inilah sebabnya mengapa karakteristik orang yang kreatif sulit untuk digambarkan. Mereka cenderung senang bermain, tapi tetap disiplin. “Bermain” yang dimaksud adalah kombinasi antara sikap aktif dan keingintahuan mereka terhadap sesuatu.

e.              Memiliki passion yang kuat, tapi tetap fleksibel

Orang kreatif akan mencintai pekerjaan yang dilakukan dan bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaanya dengan baik. Namun, di satu sisi mereka juga fleksibel.

Misalnya penulis yang karyanya sudah tidak perlu diragukan lagi tapi tetap mendengarkan dan menghargai masukan serta kritik dari editor dan orang-orang sekitar mengenai tulisannya.

Di sisi lain, mereka tidak berhenti sampai di situ saja karena mereka tetap bisa mempertahankan pendapat pribadinya dengan alasan yang masuk akal.

f.              Bisa ekstrovert ataupun introvert

Ada dua tipe kepribadian yang umum di dunia, yaitu introvert dan ekstrovert. Menurut sebuah penelitian, orang yang kreatif cenderung tepat berada di tengah keduanya. Kepribadian campuran introvert dan ekstrovert disebut dengan ambivert.

Tipe kepribadian ini menggambarkan orang-orang yang supel dan ramah, suka berteman dan bersosialisasi dengan kelompok besar, tapi juga tetap membutuhkan waktu menyendiri untuk berpikir.

Sisi supel dan “haus akan interaksi” dari orang-orang ambivert memungkinkan mereka untuk mencari inspirasi dan ide-ide baru, sementara sisi introvert mereka membantu untuk tetap bisa fokus pada pekerjaan dan mematangkan idenya.

 

D.           Peranan Lingkungan Dalam Merangsang Perkembangan Kreativitas

Terdapat tiga lingkup yang berperan besar dalam merangsang perkembangan kreativitas anak yakni peranan keluarga, peranan sekolah, dan peranan masyarakat.

a.       Peranan Keluarga dalam mengembangkan Kreativitas

Perkembangan kreativitas dan keterampilan pada anak banyak dipengaruhi oleh faktor dari dari luar.  Faktor dari luar yang mempengaruhi pengembangan kreativitas anak didapat dari lingkungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan penelitian Decay (1989) bahwa keluarga dapat menjadi kekuatan penting dalam pengembangan kreativitas. Karena pada dasarnya anak bersosialisasi pertama kali di dalam keluarga dan dan yang paling mengetahui tentang anak juga adalah keluarga.

Dapat dikatakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreavitas anak. Dari beberapa hasil penelitian lapangan dengan penelitian laboratorium mengenai kreativitas dan dengan teori-teori psikologi, diperoleh petunjuk bahwa sikap orang tua secara langsung terhadap anak akan mempengaruhi tingkat kreativitas anak.

Beberapa factor yang menentukan kreativitas anak menurut Amabile yaitu:

1.        Kebebasan

Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak yang kreatif.

Dalam keluarga saya orang tua saya itu memberikan Respek

Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemapuan mereka dan menghargai keunikan anak

2.        Kedekatan emosional

Kreativitas anak dipengaruhi juga oleh kedekatan emosionalnya terhadap orang yang ada dilingkungannya.

3.        Prestasi

Orang tua anak kreatif menghagai prestasi anak; mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik, tetapi mereka tidak terlalu menekan angka atau nilai, atau mencapai peringkat tertinggi.

4.        Orang tua aktif dan mandiri

Bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri sangat penting, karena orang tua menjadi model utama bagi anak. Orang tua anak yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak mempedulikan status social, dan tidak terpengaruh dengan tuntuntan social.

5.        Menghargai kreativitas

Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal kreatif.

 

b.      Peranan Sekolah dalam mengembangkan kreativitas anak

Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan kreativitas anak, karena sekolah memberikan pendidikan formal kepada anak sehingga anak mendapatkan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan tingkat kreativitas anak.

Di sini peran guru sangat penting dalam mendidik anak, tidak hanya dalam pendidikan formal tapi juga pendidikan moral dan cara bertingkah laku yang baik.

Berikut hal-hal yang patut diperhatikan oleh guru dalam mendidik dan mengembangkan kreativitas pada anak:

1)      Sikap guru

Cara yang paling baik untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi instrinsik. Sikap guru sangat mempengaruhi perkembangan kreativitas, karena siswa merasa bahwa guru adalah patokan dalam melakukan sesuatu.

2)             Falsafah mengajar

Falsafah mengajar mendorong anak secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa belajar itu sangat penting dan sangat menyenangkan, anak patut dihargai dan disayangi, anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif, anak perlu merasa nyaman di kelas, dan anak harus memiliki rasa kebanggaan di kelas.

Beberapa strategi khusus meningkatkan kreativitas anak :

a)             Penilaian

Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa agar siswa mengetahui hasil dari apa yang mereka lakukan. Strategi ini cukup baik dalam membangkitkan semangat anak untuk menumbuhkan kreativitasnya.

b)             Hadiah

Siswa akan lebih semangat jika diberikan hadiah. Hal ini akan meningkatkan kreativitas siswa sehingga siswa terpacu untuk meningkatkan potensi diri.

c)             Pilihan

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih. Kreativitas tidak akan berkembang jika siswa hanya dapat melakukan sesuatu dengan satu cara saja sehingga mereka memerlukan batasan dan garis besar dalam mengerjakan suatu tugas.

 

c.       Perananan Masyarakat dalam mengembangkan Kreativitas

Peran Masyarakat juga sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, karena lingkungan masyarakat juga berperan dalam memberi pengetahuan moral, norma, dan nilai.

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.           Kesimpulan

Kecerdasan terbagi menjadi tiga yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual.

Kreativitas adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.

Menurut Jean Piaget (McCormack, 1982) ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu Tahap Sensori-Motoris, Tahap Praoperasional, Tahap Operasional Konkret, dan Tahap Operasional Formal.

Ciri-Ciri Karakteristik Kreatif menurut Torrance (1981) adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, tekun dan tidak mudah bosan, percaya diri dan mandiri, merasa tertantang oleh kemajukan atau kompleksitas, berani mengambil risiko, dan berpikir divergen.

Terdapat tiga lingkup yang berperan besar dalam merangsang perkembangan kreativitas anak yakni peranan keluarga, peranan sekolah, dan peranan masyarakat.

 

B.            Saran

Setiap anak memiliki kecerdasan dan keterampilan yang berbeda-beda sehingga seorang pendidik harus memperhatikan segala perbedaan itu sehingga dapat membantu anak untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah: Strategi Pembelajaran PKN di SD | zacary Ngeblog

MAKALAH: BELAJAR DAN PEMBELAJARAN HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ( ZACARY NGEBLOG )

Makalah : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (TEORI-TEORI BELAJAR ( zacary ngeblog )