Ada Apa Dengan Guru? (sebuah opini)
ADA
APA DENGAN GURU?
Guru adalah
pemegang peran penting dalam pedidikan formal bagi masyarakat.Apakah Anda masih
ingat hari-hari di sekolah? Di sana ada guru yang selalu ada di dekat kita.
Masih ingatkah ajaran guru kita untuk persiapan masuk ke masyarakat? Tiada hari
tampah hikmah yang di dapat dalam setiap setiap pembelajarannya. Guru ialah
pembentuk manusia dari setiap pembelajaran dan pengalaman yang dia berikan.
Melihat kondisi
sekarang, guru di Indonesia sedang krisis
dilandah berbagai serangan. Seakan dia menjadi kambing hitam di dunia
pendidikan. Ketika dia ingin menegur siswa dia yang ditegur. Ketika ingin dia
ingin mengajar dia yang diajar. Ketika dia ingin menilai dia yang dinilai. Ada
apa sebenarnya dengan guru?
Menurut KBBI
guru adalah orang yang pekerjaanya mengajar. Mengajar adalah memberikan
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses menjadikan manusia belajar. Belajar
adalah proses memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi guru adalah orang yang berprofesi
membuat orang menjadi tahu akan ilmu.
Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan melalui pembelajaran dan pelatihan. Jadi, pendidikan menekankan
pada perubahan sikap.
Dilihat dari
pengertian guru yang menekankan pada pengajaran sedangkan pendidikan menekankan
pada perubahan sikap. Dapat ditarik bahwa guru masih belum mencapai tujuan
pendidikan. Pertanyaannya, apakah guru berkewajiban untuk memperbaiki sikap
atau mengajar begitu saja? Sebagai guru yang profesional tentunya ini menjadi sebuah
kewajibannya. Tapi, bagaimana dengan guru yang lain?
Apakah anda
masih mengingat guru yang mengajar menggunakan penggaris? Dimana semua siswa
pulang dengan bekas pukulan. Masih ingat dimana siswa yang sangat takut dengan
gurunya? Meja guru saja takut untuk disentuh oleh siswa? Apakah Anda sering
dibentak oleh guru? melihat mata guru saja takut.
Dulu guru
sangatlah “keras” dalam pembelajaran hampir setiap hari guru memukul dikelas.
Memukul di kelas adalah hal yang biasa dilakukan tahun 80-an tapi karena adanya
UU perlindungan anak hal tersebut, menjadi tindakan kurang terpuji. Guru
memukul pasti ada alasan tersendiri. Mungkin siswa itu melanggar atau nakal.
Peneliti Paul
Frick dari Universitas New Orleans, AS mengatakan, memukul bisa menyebabkan
anak mengalami gangguan emosional dan perilaku. Anak-anak yang sering dipukul
menunjukkan tanda-tanda depresi atau kepercayaan diri yang rendah. Anak yang
kerap dipukul justru belajar bahwa setiap kali mereka kesal atau marah, mereka
akan dipukul. Anak malah tidak memahami bahwa tindakannya salah dan harus
memperbaiki perilakunya.
Dalam menghukum
ada 2 aspek yang mau dicapai. Pertama aspek jerah, dimana orang yang dihukum
tidak akan mengulangi pelanggarannya tersebut. Kedua aspek pencegahan, dimana
orang lain tidak akan lalukukan kesalahan yang dibuat oleh orang yang dihukum.
Memukul adalah
cara yang paling instan untuk menghukum. Itulah kenapa memukul banyak sekali
digunakan dalam kehidupan sehari hari.Tapi dalam menghukum kita harus
memperhatikan kondisi emosional,intensitas dan jangka waktu agar hukuman itu
efisien dan jangan asal memukul. American Academy of Pediatrics menegaskan,
memukul hanya efektif ketika digunakan dalam situasi tertentu yang benar-benar
sudah diseleksi sehingga tidak terlalu sering digunakan.
Dalam situs daerah.sindonews.com. Orangtua bernama Adnan Achmad (38) itu
tak terima anaknya ditampar si pendidik, Rabu (10/8) sekitar pukul 10.30 Wita.
Peristiwa itu bermula saat Dasrul membawakan mata pelajaran arsitek dan memberi
tugas menggambar bagi siswanya di Kelas Dua, Jurusan Arsitek Dua. Namun,
salah satu siswa, berinisial MAS (15), malah keluar masuk kelas dan tidak
membawa kertas gambar. Kemudian, menurut Dasrul kepada penyidik mengaku
menegur siswanya lantaran dinilai tidak mengerjakan tugas dan mengganggu
rekannya yang lain. Setelah ditampar sang guru, MAS selanjutnya
mengadukan kejadian itu kepada orangtuanya melalui telepon seluler. Mendapat
kabar dari anaknya, Adnan bergegas ke SMK Negeri 2 Makassar, Jalan Pancasila,
Kelurahan Manuruki, Kecamatan Tamalate, dengan maksud bertemu kepala sekolah.
Warga BTN Tirasa Permai, Sudiang itu selanjutnya bertemu dengan Dasrul di
koridor sekolah dan sempat mempertanyakan penamparan terhadap anaknya sebelum
meninju Guru Arsitek itu. Dan akhirnya keduanya akan di proses secara hukum
yang berlaku.
Sekarang guru
hanya ingin mendidik siswa malah dia yang berurusan dengan hukum. Bukankah itu
ironis? Bagaimana mendidik siswa untuk menjadi lebih baik jika aspek mendidik
itu cacat? Bagaimana nasip penerus bangsa bila terus begini?
Dalam mendidik
terkenal metode penghargaan dan hukman. Penghargaan adalah pemberian hadiah
atau penghargaan untuk orang yang didik jika melakuan hal baik agar termotivasi
lebih banyak untuk melakukan hal baik. Hukuman adalah pemberian hukuman pada
orang yang didik untuk membuat jerah melakuakan hal buruk. Ini adalah 2 aspek
mendidik yang tidak boleh terpisah.
Sebagai masyarakat
kita harus mengerti bagaimana kondisi pendidikan yang miris ini. Jangan
dipandang sebelah mata saja, karena pendidikan bukan hal yang sepeleh ini
menyangkut masa depan keluarga dan negara kita. Kita harus menjadi fasilitator
bagi anak-anak kita dalam pendidikan. Jangan Cuma hanya anak kita melapor
tentang gurunya kita langsung naik darah.
Kiram muhammad
Komentar
Posting Komentar